Pages

Subscribe:

Senin, 24 Januari 2011

LATAR BELAKANG MASYARAKAT MEKAH



Masyarakat Arab, khususnya Mekah pada masa Nabi Muhammad SAW. Diutus menjadi Rosul adalah masyarakat yang memiliki kebiasaan diantaranya sebagai berikut:

1. Menyembah Berhala. Saat itu, Mekah merupakan kota pusat perdagangan dan peribadatan orang Arab. Mereka memuja dan menyembah patung atau berhala sebagai Tuhan. Ratusan patung atau berhala terdapat di kakbah, diantaranya berhala terbesar dan terpopuler, yaitu Latta, Uzza, dan Manat. Menurut mereka, berhala-berhala itu anak Tuhan yang berkuasa mendatangkan Syafaat.

2. Penduduk Mekah sangan memperhatikan dan memelihara kedudukan tata nilai yang tinggi dan istimewa karena hal semacam itu memberikan kehidupan yang makmur dan mewah. Mereka juga menjual belikan budak belian dan wanita.

3. Masyarakat Mekah gemar minum-minuman keras, bejudi, berjinah, serta berlomba-lomba mencari kedudukan atau harta benda. Mereka tenggelam dalam kehidupan duniawi tanpa mengindahkan kehidupan akhirat.

4. Bangsa Arab pada saat itu terpecah menjadi suku-suku (kabilah) yang saling membanggakan diri dengan suku mereka masing-masing. Kabilah-kabilah itu hidup bebas dan memiliki aturan tersendiri. Sering terjadi pertikaian, berselisih paham, bahkan peperangan antarmereka yang disebabkan perkara-perkara kecil atau memperebutkan kekuasaan. Oleh karena itu, mereka tidak pernah bersatu dan memiliki kekuatan.

5. Kebiasaan orang Arab memberikan penghargaan terhadap orang lain yang didasarkan pada keturunan, kebangsawanan, atau kekayaan. Seseorang yang berakhlak baik dan berilmu belum tentu mendapatkan penghargaan atau kehormatan apabila ia bukan berasal dari keturunan bangsawan.

6. Bangsa Arab, khususnya Quraisy memandang deiri mereka adalah lebih mulia dan tinggi dari bangsa Arab lainnya. Dalam kabilah Quraisy, terdapat golongan-golongan (keluarga besar) yang saling bersaing untuk merebut pengaruh dan kekuasaan. Oleh karena itu, jika orang Quraisy tunduk kepada Muhammad SAW, hal itu sama dengan tunduk dan menyerahkan kepemimpinan atau kekuasaan kepada keluarga Nabi Muhammad SAW., bani Abdul Muthalib. Dengan hal itu pula, mereka tidak akan dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.

1 komentar:

Debora Matondang mengatakan...

oh begitu ya.. baru aku tau

Posting Komentar